Apabila kita ibaratkan sebuah kota sebagai sesosok makhluk hidup, tak bisa dipungkiri bahwa kita, para manusia, merupakan penyuplai tenaganya. Hal itu kusadari di Paris, Sang Kota Cahaya, saat aku berkunjung ke sana. Ribuan orang bergerak keluar-masuk kereta bawah tanah bagaikan darah yang keluar masuk pembuluh. Lebih banyak lagi dari mereka yang bergerak, bersama-sama, di kanan-kiri trotoar yang lebar, diiringi dengan bunyi berbagai jenis kendaraan bermotor. Dan, hari itu, bagai sesosok raksasa, Paris menjulang di hadapanku dengan mengancam, memamerkan taring-taringnya.
Namun, bagai singa yang menguasai rimba, ia juga memikatku dengan keindahannya, keunikannya, dan sejarahnya.