Lebih dari dua minggu lalu, ujian akhir semester saya di Perancis akhirnya selesai. Setelah berhari-hari hanya tidur beberapa jam demi belajar, mengonsumsi kopi bergalon-galon, dan datang ke kampus dengan mata merah, liburan natal dan tahun baru akhirnya tiba. Saya pun melakukan sesuatu yang sudah saya rencanakan sejak lama: mengemasi pakaian, alat mandi, celana training, dan pakaian dalam secukupnya ke dalam tas carrier dan berangkat meninggalkan asrama. Dengan menggunakan kereta TER yang berangkat dari Gare de Nancy, saya memulai perjalanan saya traveling keliling Eropa.
Tag: Diary
Pasar Loak (Dua Minggu di Nancy)
Seorang bijak pernah berkata bahwa semakin senang kita menjalani sesuatu, waktu akan terasa lebih cepat. Hari dan tahun akan berlalu sekejap mata, menyisakan kenangan dan perandaian, “Seandainya waktu bisa diulang kembali.” Sebaliknya, semakin kita tidak menyukai sesuatu, saat menjalankannya, waktu akan terasa berlangsung sangat lama. Tak percaya? Ingat-ingat saja masa-masa kita kecil dulu, saat kita menjalani puasa pertama kali, dan menunggu datangnya adzan maghrib yang tak kunjung tiba. Apa reaksi pertama kita saat mendengarnya? “Ah, akhirnya.”
Saya sendiri sudah banyak mengalami hal-hal seperti itu. Kencan akhir pekan yang berlangsung berjam-jam terasa hanya seperti semenit saja. Empat tahun kuliah sarjana berlalu begitu cepat. Periode pencarian kerja, mengikuti banyak sekali job fair, dipanggil untuk wawancara, ditolak, diterima, mulai bekerja, mulai kuliah lagi, dan masih banyak lagi contoh-contohnya. Tapi, teori itu tidak melulu berlaku. Terbukti sepanjang dua minggu saya di sini, dengan udara yang sangat gigit mendingin, bahasa setempat yang masih belum saya kuasai, keterbatasan dana, perkuliahan dengan tugas-tugasnya; tak satu pun dari hal-hal tersebut bisa saya anggap sebagai sesuatu yang benar-benar menyenangkan. Namun, toh kenyataannya, rasanya hampir sama: dua minggu berlalu dalam sekejap mata.