Di Bruges

“Bruges. Where is that?”

Tidak jauh dari Brussels, menaiki kereta api satu kali tanpa transit, aku tiba di sebuah tempat yang digadang-gadang sebagai kota paling terkenal di Belgia. Begitu menginjakkan kaki di sana, aku pun langsung menyadari bahwa berita yang kudengar dari kota itu tidak main-main: the hype is real. Ratusan turis mengalir keluar dari stasiun setiap detiknya, melangkah beramai-ramai menuju halte bus, atau berjalan kaki, atau membuka sepeda lipat mereka dan mulai melaju menuju pusat kota.

Bruges. Aku mengetahui nama kota ini dari sebuah film. Selain itu, aku tidak tahu apa-apa lagi mengenainya. Situs wisata apa yang terkenal, makanan khas setempat, lokasi-lokasi untuk pestanya, tempat kumpul anak muda, komunitasnya, sama sekali tidak ada yang kuketahui. Aku tidak punya ekspektasi sama sekali mengenai apa yang akan kuhadapi di sana atau apa yang kuharapkan dari kota itu.

Or… maybe I did?

Continue reading

Wafel Cokelat dan Patung Buang Air Kecil di Brussels

Musim dingin telah tiba di Eropa sejak pertengahan November. Namun, baru di Brussels aku benar-benar merasakan dampak yang dibawanya. Bertolak dari Luxembourg yang relatif hangat dan cerah, aku disambut di Brussels, ibukota Belgia, dengan udara yang dingin membeku. Langit diselubungi oleh awan kelabu, angin bertiup cukup kencang hingga membuat seorang pengendara sepeda nyaris kehilangan keseimbangannya dan harus berpegangan pada tiang lampu rambu lalu lintas, dan orang-orang berjalan kaki dengan cepat, merundukkan kepala serta memasukkan tangan ke saku mereka masing-masing.

Continue reading